PUSING EUY..!!!

Anjritt..!!

pusig euy aing..abis di usir ama dosen ga bisa ikut ujian deh…gara” absen gw g cukup buat ngikutin ujian abis ntu nilai gw jadi E lgi…huhuhu,,tambah pusing dah gw…

gimana ya caranya..!!klo umi gw ampe tau anknya disin kayak gitu..wahh,,abislah gw…sumpah pusing banget aing….dosa apa ya yang bikin gw jadi kayak gini..?

semua ini emang salah gw…g enak banget gw ama uni gw di rumah,walaupun beliau g tau aktivitas gw disini paan?(yg patinya positif)…tpi sumpah, g enak banget hati gw saat ini..pengen nangis sih sebenernya gw, tpi malu lah gw….buka cowok amat gw, klo ampe ngadapain maslah kayak gini dengan tangisan…

gw mang bner” harus belajar nih dari pengalaman, dari semua kegiatan yang pernah gw lakuin, dari semua aktivitas gw, dari semua rutinitas gw,,,

AAAKKKKHHHH………

Astagfirullahaladzim……

hayolah…jangan sampe gw kalah hanya dengan maslah seperti ini doang..!!!sumpah using aing…..ntar g-g lgi dah kayak gini, jangan sampe gw ngecewain umi gw…mapus gw lo sampe ngecewain beliau..!!

if sometime, Idid like this againt, I will be the human error….

don’t take to did  like  this againt..!!!!I will must be the human success.AMIN

KARAKTERISTIK DAN BENTUK OLAHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)

KARAKTERISTIK DAN BENTUK OLAHAN UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei)

Muhammad Hafiz (C34070087)

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

Tanggal : 4 Juni 2009

ABSTRAK

Udang vannamei (Litopnaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik meksiko, amerika tengah dan amerika selatan. Udang vannamei memiliki nama umum pacific white shrimp, camaron blanco, dan longostino. Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut. Spesies ini memiliki karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat. Udang termasuk salah komoditas ekspor yang terbesar. Total ekspor udang Indonesia tahun 2007 mencapai 125.598 ton. Berdasarkan data pemerintah kapasitas produksi udang jenis vannamei dalam negeri mencapai 270 ton per tahun. Potensi udang ekspor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi tersebut diekspor dalam bentuk udang beku dan menghasilkan limbah berupa kepala, kaki dan kulit dalam jumlah yang cukup besar (36-47%) dari keseluruhan produk. Udang memiliki karakteristik yang sama seperti komoditas hasil perikanan lainnya, yaitu mudah rusak (perishable). Ada beberapa macam bentuk olahan udang khususnya pada udang vannamei antara lain udang beku, udang beku datar, udang kering dan frozen. Di Indonesia saat ini ada sekitar 170 pengolahan udang dengan kapasitas produksi terpasang sekitar 500.000 ton per tahun. Dari proses pembekuan udang (cold storage) dalam bentuk udang beku headless atau peeled untuk ekspor, 60-70 % dari berat udang jadi limbah (bagian kulit dan kepala). Hasil praktikum didapat rendemen pada kepala sebesar 29%, daging sebesar 58%, dan pada kulit sebesar 13%. Sedangkan pada ukuran rata-rata tiap bagian-bagian udang didapatkan berat total rata-rata sebesar 15 gr, tanpa kepala sebesar 10,67 gr, tanpa kepala dan kulit sebesar 8,67 gr, bobot kepala sebesar 4,33 gr, dan bobot rata-rata kulit sebesar 2 gr. Komposisi kimia pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berupa air didapat sebesar 78,2%, abu sebesar 1,5%, lemak sebesar 0,8%, protein sebesar 18,1%, dan karbohidrat sebesar 1,4%. Tak hanya dagingnya, limbah udang pun juga dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan berupa tepung, kerupuk, silase, petis, terasi, kecap, kompos, serta khitin dan khitosan.

Kata kunci : Udang vannamei (L. Vannamei), rendemen, proksimat, bentuk olahan udang

1. PENDAHULUAN

Penggolongan udang vannamei menurut tseng (1987) diacu dalam Pranoto (2007), adalah :

Filum : Anthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Eumalacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopnaeus vannamei

Gambar morfologi udang dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Udang vannamei

Udang vanamei merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik meksiko, amerika tengah dan amerika selatan. Bagian tubuh udang vanamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vanamei terdiri dari antenula , antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vanamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vanamei terdiri dar 6 ruas dan juga terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sift udang vanamei aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3 stadia protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa (Haliman 2005 diacu dalam Pranoto 2007).

Udang vannamei memiliki nama umum pacific white shrimp, camaron blanco, dan longostino. Udang vanamei juga mempunyai nama F.A.O yaitu whiteleg shrimp, crevette pattes blanches, dan camaron patiblanco.

Udang ini berwarna putih sehingga sering disebut udang putih dan bentuk tubuhnya sering bercorak agak kebiru-biruan yang memiliki kromatophor dominan biru yang terpusat dekat dengan batas uropod dan telson (Eldred dan Hutton 1960 diacu dalam Muzaki 2004).

Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004). Udang vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004). Spesies ini memiliki karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat. Pada betina gonad pertama berukuran kecil, berwarna coklat keemasan atau coklat kehijauan pada musim pemijahan (Brown dan Patlan 1974 diacu dalam Muzaki 2004).

Total ekspor udang Indonesia tahun 2007 mencapai 125.598 ton. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh udang vannamei antara lain responsif terhadap pakan yang diberikan atau nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan lingkungan yang kurang baik. Udang vannamei juga memiliki pasaran yang pesat di tingkat internasional (Ariawan, 2005). Bahkan udang ini sudah laku dijual pada saat berukuran 7,0 – 10,0 gram/ekor atau pada saat udang berumur sekitar 60 hari di tambak. Selanjutnya menurut Briggs et al. (2004), udang vannamei membutuhkan pakan dengan kandungan protein 25-30%, lebih rendah ketimbang udang windu. Berdasarkan data pemerintah kapasitas produksi udang jenis vannamei dalam negeri mencapai 270 ton per tahun (tempointeraktif, 2008).

Udang memiliki karakteristik yang sama seperti komoditas hasil perikanan lainnya, yaitu mudah rusak (perishable). Ada beberapa macam bentuk olahan udang khususnya pada udang vannamei antara lain udang beku, udang beku datar, udang kering dan frozen (Sihombing, 2005).

Udang beku termasuk ke dalam peeled, nobashi atau peeled tail on yang digunakan untuk membuat tempura, sedangkan pada produk olahan udang beku kering termasuk ke dalam tempura cooked dan uncooked serta udang shushi. angsa pasar produk udang olahan meningkat dari 10,32% menjadi 20.05% selama enam tahun terakhir (1998-2004). Impor bahan baku udang beku (frozen raw shrimp) jumlahnya mencapai 80% dari total udang impor, terdiri dari head-on, headless shell-on, peeled tail-on Nobashi, dan other raw peeled shrimp (Sihombing, 2005).

Salah satu hasil ekspor Indonesia yang berpotensi untuk terus dikembangkan dalam dasawarsa terakhir ini adalah udang, yang mendapat respon besar dari pasar internasional terutama Amerika Serikat dan Jepang karena kualitasnya yang bagus. Udang putih atau udang vannamei asal Amerika Latin ini mempunyai produktivitas yang tinggi. Dalam pola perkembangbiakan atau pembudidayaan udang vannamei ini memang sangat cocok untuk dibudidayakan. Pasalnya, udang putih atau udang vannamei ini memiliki keunggulan tersendiri dari udang lainnya yaitu tahan terhadap penyakit.

Potensi udang ekspor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi tersebut diekspor dalam bentuk udang beku dan menghasilkan limbah berupa kepala, kaki dan kulit dalam jumlah yang cukup besar (36-47%) dari keseluruhan produk (Djanarko, 2008). Salah satu limbah kepala udang Vannamei dimanfaatkan untuk diolah menjadi serbuk, yang dapat digunakan sebagai bahan penyedap masakan.

Di Indonesia saat ini ada sekitar 170 pengolahan udang dengan kapasitas produksi terpasang sekitar 500.000 ton per tahun. Dari proses pembekuan udang (cold storage) dalam bentuk udang beku headless atau peeled untuk ekspor, 60-70 % dari berat udang jadi limbah (bagian kulit dan kepala) (Prasetiyo, 2006). Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sebab limbah tersebut dapat meningkatkan biological oxygen demand dan chemical oxygen demand. Sedangkan selama ini pemanfaatan limbah cangkang udang hanya terbatas untuk campuran pakan ternak saja, seperti itik, bahkan sering dibiarkan membusuk. Ada peluang besar dalam inovasi pengolahan limbah cangkang udang yang berbasis bioindustri perikanan dan kelautan. Sebab, limbah tersebut merupakan sumber potensial pembuatan kitin dan khitosan, yakni biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan khitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, pertanian, industri membran (film), tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya (Prasetiyo, 2006).

Pada kali ini praktikum tentang karakteristik dan bentuk olahan udang vannamei (Litopenaeus vannamei) bertujuan untuk mempelajari rendemen udang, dan bentuk-bentuk produk olahan khususnya udang vannamei (Litopenaeus vannamei).

2. METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain pisau, timbangan digital, baki, pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah es dan udang vannamei (Litopenaeus vannamei).

2.2 Prosedur kerja

Praktikum ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu pengukuran rendemen udang dan pembentukan produk olahan udang. Tahap pertama udang ditimbang berat utuhnya, kemudian dipisahkan antara kepala dengan badan udang. Badan udang ditimbang dan akan diperoleh berat kepala dengan menggunakan By difference (BD). Daging udang dipisahkan dari kulitnya, selanjutnya daging udang ditimbang dan akan diperoleh berat kulit dengan menggunakan By difference (BD). Tahap kedua udang dibentuk menjadi bentuk HO, HL, PTO, PDTO, PND, PUD, dan butterfly. Diagram alir prosedur kerja pengukuran rendemen dan pembentukan produk olahan udang adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram alir Prosedur kerja pengukuran rendemen dan pembentukan produk olahan udang

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rendemen Udang Vannamei (Litopenaeus

vannamei)

Rendemen merupakan bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan. Rendemen juga merupakan suatu parameter yang paling penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk bahan atau bahan. Rendemen digunakan untuk memperkirakan berapa bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai bahan makanan (Hadiwiyoto 1993 diacu dalam Nurfianti 2007). Berikut adalah rendemen dan ukuran hasil pengamatan.

Gambar 3. Rendemen rata-rata udang

Gambar 4. bobot rata-rata tiap bagian-bagian udang

Dari hasil praktikum didapat rendemen rata-rata berupa kepala, daging, dan kulit pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Rendemen pada kepala didapat sebesar 29%, daging sebesar 58%, dan pada kulit sebesar 13%. Dari hasil data tersebut, rendemen yang tertinggi terdapat pada daging yakni sebesar 58% dan yang terkecil pada kulit sebesar 13%. Sedangkan pada ukuran rata-rata tiap bagian-bagian udang didapatkan berat total rata-rata sebesar 15 gr, tanpa kepala sebesar 10,67 gr, tanpa kepala dan kulit sebesar 8,67 gr, bobot kepala sebesar 4,33 gr, dan bobot rata-rata kulit sebesar 2 gr.

Rendemen pada udang umumnya menjadi limbah, namun limbah yang terurai ini masih dapat dimanfaatkan misalkan dijadikan pemanfaatan kitin maupun khitosan dari limbah cangkang udang untuk bahan utama dan bahan pendukung dalam berbagai bidang dan industri sangat menguntungkan karena bahan bakunya berupa limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content). Untuk ekstrasi kitin dari limbah cangkang udang rendemennya sebesar 20 persen, sedangkan rendemen khitosan dari kitin yang diperoleh adalah sekitar 80 persen (Prasetiyo, 2006). Kitin dan khitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, pertanian, industri membran (film), tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya. Cangkang udang jenis udang windu mengandung zat kitin sekitar 99,1 persen (paling besar dari jenis udang lainnya). Dengan teknologi sederhana dan bahan-bahan yang cukup murah, serta mudah didapatkan di dalam negeri, dalam proses pengolahan limbah cangkang udang tersebut akan dihasilkan kitin dan khitosan yang cukup berkualitas (Prasetiyo, 2006).

3.2 Komposisi Kimia Udang Vannamei (Litopenaeus

vannamei)

semua macam jenis produk perairan memiliki karakteristik dalam komposisi kimia. Dibawah ini tabel komposisi kimia pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei).

Tabel 1. Komposisi kimia udang vannamei

Senyawa Jumlah (%)

Air 78,2

Abu 1,5

Lemak 0,8

Protein 18,1

Karbohidrat 1,4

Sumber : Hadiwiyoto (1993)

Udang termasuk rendah lemak dan kalori, tapi tinggi kolesterol diantara seafood lainnya. Kandungan gizi udang segar dalam 100 gram berat :

Senyawa Jumlah

Protein 21 g

Lemak 0,2 g

Karbohidrat 0,1 g

Kalsium 136 mg

Besi 8,0 mg

Sumber : Andryan (2007)

Komposisi kimia bahan makanan merupakan hal penting yang dapat meningkatkan nilai kompetitif penjualan jenis makanan di pasaran. Pada tabel di atas, komposisi kimia pada udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berupa air didapat sebesar 78,2%, abu sebesar 1,5%, lemak sebesar 0,8%, protein sebesar 18,1%, dan karbohidrat sebesar 1,4%. Menurut Hirota (1990) diacu dalam Yoo TW (2009), protein dalam daging udang mengandung asam amino esensial cukup lengkap.

Produk perairan umumnya memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang baik antar lain omega-3. Omega-3 merupakan senyawa asam lemak tak jenuh ganda yang diketahui mempunyai manfaat bagi kesehatan, yaitu dapat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi, menurunkan resiko terkena kanker, memperbaiki kesehatan bagi penderita diabetes dan secara khusus pada balita adalah sebagai komponen pertumbuhan jaringan otak serta meningkatkan kandungan omega-3 dalam air susu ibu (ASI) (Cherian dan Sim, 1994).

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kandungan gizi pada udang antara lain kesehatan udang dalam proses pemeliharan, proses penanganan dalam perlakuan olahan, dan lain-lain.

3.3 Bentuk-bentuk Olahan Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei)

Produk olahan merupakan semua jenis bahan pangan yang mendapat perlakuan lebih lanjut untuk mendapat produk yang lebih lezat untuk dikonsumsi.

Pembekuan udang merupakan proses penanganan udang secara modern yang paling lazim digunakan. sebab selain tidak merubah penampilan dan tekstur, juga memiliki daya awet yang lama yaitu mencapai 2 tahun. Sehingga waktu pengiriman yang lama sekitar 1-2 bulan hingga mencapai konsumen luar negeri tidak mempengaruhi kualitas produk.

Hasil perikanan merupakan kekayaan alam Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dimanfaatkan. Salah satu cara yang bisa dikembangkan untuk memanfaatkan potensi hasil perikanan adalah dengan diversifikasi pengolahan, sebagai salah satu upaya penganekaragaman pangan dan memasyarakatkan hasil perikanan yang selama ini umumnya diolah secara langsung. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan suatu pasar maka diperlukannya penganekaragaman dalam produk pengolahan.

1. Head on

Head on Yaitu udang yang dibekukan dalam keadaan utuh tanpa dikuliti atau dipotong kepalanya. Produk ini merupakan komoditi yang permintaannya sangat tinggi dipasaran internasional dan mempunyai nilai yang cukup baik. Gambar udang dalam bentuk head on dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Head on

2. Head less

Head less Yaitu udang yang dibekukan sesudah dipisahkan kepalanya, tetapi tidak dikuliti. Gambar udang dalam bentuk head less dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Head less

3. Peeled

Peeled Yaitu udang-udang yang dibekukan sesudah dikupas kulitnya dan dipisahkan kepalanya. Untuk produk Peeled dibedakan lagi menjadi beberapa macam yaitu :

a) Peeled tail on (PTO)

Adalah produk udang beku tanpa kepala dan kulit dikupas mulai ruas pertama sampai ruas kelima sedangkan ruas terakhir dan ekor disisakan. Gambar udang dalam bentuk peeled tail on dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Peeled tail on

b) Peeled deveined tail on (PDTO)

Produk ini menyerupai PTO, tetapi pada bagian punggung udang kotoran perutnya dibuang dengan cara mencungkit mengunakan cungkit mulai dari ruas pertama atau kedua sampai ruas kelima. Gambar udang dalam bentuk peeled deveined tail on dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Peeled deveined tail on

c) Peeled and deveined (PND)

Produk Peeled and Deveined (PND) adalah produk udang yang seluruh kulit dan ekor dikupas dan dibuang kotoran perutnya. Gambar udang dalam bentuk peeled and deveined dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Peeled and deveined

d) Peeled Undeveined (PUD)

Produk Peeled Undeveined (PUD) adalah produk yang dikupas seluruh kulit dan ekor seperti pada produk PND tetapi tidak dikeluarkan kotoran perutnya. Gambar udang dalam bentuk peeled Undeveined dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Peeled Undeveined

e) Butterfly

Produk Butterfly adalah produk udang beku yang hampir sama dengan produk PDTO, kulit udang dikupas mulai dari ruas pertama hingga ruas kelima, sedangkan ruas terakhir dan ekor disisakan kemudian bagian punggung dibelah sampai bagian perut bawahnya, tetapi tidak sampai putus dan kotoran perutnya dibuang. Gambar udang dalam bentuk Butterfly dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Butterfly

Adapun bentuk umum dari olahan produk udang beku menurut Purwaningsih (2000), diacu dalam Januri (2004) diantaranya, Head On, Head Less, Peeled, Peeled Tail On, Peeled Deveined Tail On, Peeled and Deveined, Peeled Undeveined, Butterfly, dan Value Added Product (produk udang beku yang mendapatkan perlakuan tambahan dengan cara melakukan pemanjangan badan (stretching) menurut panjang tertentu).

Proses pembekuan udang menurut Taruna TPHP (2008) adalah sebagai berikut :

1. Udang diterima dari suplier dan tambak dalam kondisi Head On (HO) dalam box dengan pendingin es. Udang diterima pada bagian penerimaan untuk dicuci ozon dan dilakukan sampling size maupun mutu udang. Selain itu dilakukan juga uji chlorampenichol yang sering kali digunakan oleh petambak udang.

2. Setelah penerimaan bahan baku berupa HO adalah dilakukannya proses potong kepala. Sehingga udang menjadi head less atau HL.

3. Udang HL ini kemudian disortir secara otomatic dengan mesin pengatur berat atau ukuran sehingga lebih seragam ukurannya. atau menggunakan mesin grading yang mengatur volume tubuh udang untuk memisahkan udang berdasarkan size.

4. Udang hasil sortir dikupas sesuai permintaan. ada beberapa jenis kupasan yaitu PND (peel and diveined), PUD (peel un diveined), PDTO (peel diveined tail on) dan BTO ( Buterfly tail on). Ada juga beberapa jenis kupasan lain.

5. Udang hasil kupasan dibekukan dengan mesin pembeku. Ada beberapa macam metode pembekuan : IQF (individual quick frozen), Air blast freezer, contact plate freezer.

6. Udang hasil pembekuan dipacking sesuai permintaan buyer.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa rendemen pada udang banyak dimanfaatkan sebagai chitosan karena banyak dari bagian-bagian udang yang menjadi limbah namun dapat dimanfaatkan menjadi produk lain. Rendemen pada kepala didapat sebesar 29%, daging sebesar 58%, dan pada kulit sebesar 13%. Dari hasil data tersebut, rendemen yang tertinggi terdapat pada daging yakni sebesar 58% dan yang terkecil pada kulit sebesar 13%.

Dalam bentuk produk olahan, udang vannamei dapat dijadikan udang beku, udang beku datar, udang kering dan frozen. Namun yang paling besar potensiuntuk dijadikan produk olahan yaitu chitosan karena bermanfaat bagi tubuh manusia.

4.2 Saran

Udang sangat digemari dipasaran karena rasanya yang khas, oleh karena itu pemasaran udang dalam bentuk segar sangat disukai oleh konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran dari udang yang hendak dipasarkan adalah dengan cara pembekuan. Dengan semakin meningkatnya produksi, maka diperlukan suatu praktek penanganan dan pengolahan pasca panen yang memadai agar nilai kenaikan produksi yang telah diperoleh tidak sia-sia dalam arti mengalami kerusakan yang mengakibatkan susut hasil dan kerugian yang tidak kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Andryan R. 2007. Vitamins and Nutrition is very important for human body. http://www.geocities.com/andryan_pwt/foodsecret.html?20097 [diakses pada tanggal 7 Juni 2009].

Ariawan, K., dkk., 2005. Peningkatan produksi udang merguiensis melalui optimasi dan pengaturan oksigen. Laporan Tahunan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.

Briggs M., Simon F.S., R. Subasinghe, and M. Phillips. 2004. Introduction and movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pacific. FAO-UN. Bangkok.

Cherian, G. and J. S. Sim. 1994. Omega-3 Fatty Acid Enriched Eggs as a Source of Long Chain Omega-3 Fatty Acids for the Developing infant. In: Sim, J.S. and S. Nakai (Eds.). Eggs Uses and Processing Technologies. CAB International, Canada.

Djanarko SB. 2008. Pemanfaatan Limbah Kepala Udang Vannamei (Lithopenaeus vannamei) Dalam Bentuk Serbuk ”Flavor” Udang. http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/12/19/pemanfaatan-limbah-kepala-udang-vannamei-lithopenaeus-vannamei-dalam-bentuk-serbuk-”flavor”-udang/ [diakses pada tanggal 6 Juni 2009].

Ekawati A. 2008. Impor Udang akan Diperketat. http://www.tempointeraktif.com [diakses pada tanggal 6 Juni 2009].

Januri. 2004. Pengaruh waktu penirisan dan penyimpanan udang head less (HL) beku terhadap perubahan berat dalam kaitannya dengan HCCP. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Muzaki A. 2004. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada saat penebaran berbeda di tambak biocrete [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nurfianti D. 2007. Pembuatan kitosan sebagai pembentiukan gel dan pengawet bakso ikan kurisi [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pranoto SH.2007.Isolasi dan seleksi bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi sebagai agen bioremediasi pada media pmeliharaan udang vannamei [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prasetiyo KW. 2006. Pengolahan Limbah Cangkang Udang. http://biomaterial-lipi.org/?p=154 [diakses pada tanggal 7 Juni 2009].

Sihombing M. 2005. Ekspor udang RI terus membaik. http://www.bisnis.com/servlet/page [diakses pada tanggal 6 Juni 2009].

Taruna TPHP. 2008. Pembekuan Udang. http://tphpi.wordpress.com/2008/09/25/pembekuan-udang-2/ [diakses pada tanggal 17 Juni 2009].

Yoo TW .2009. ” si Tiger ” akan kembali menjadi Primadona.http://teamean.wordpress.com/2009/02/18/si-tiger-akan-kembali/ [diakses pada tanggal 7 Juni 2009].